Selama menjalani masa Pandemi sejak awal tahun 2020, banyak sekali hal baru yang kita dapatkan. Kondisi yang sebelumnya tidak pernah diprediksi terjadi bagaikan air mengalir yang tidak bisa dibendung.
Seluruh lapisan masyarakat suka tidak suka harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang serba dadakan. Apa mau dikata seperti itulah keadaan yang harus dijalani.
Segala kegiatan berpindah lokasi dari ruang - ruang atau tempat kerja di luar rumah ke dalam rumah yang diberi istilah sebagai BDR (Belajar Dari Rumah) atau WFH (Work From Home).
Beraktivitas dalam dunia yang berbeda tentu akan melahirkan sesuatu yang berbeda pula. Kelapangan hati akan memberikan sebuah pencerahan dalam sebuah sudut pandang. Sebagian ada yang merasa kesal, tidak siap, tidak biasa dan menggerutu. Hal ini bisa dipahami. Karena semua ada prosesnya.
Dari sisi lain ada juga yang cerdas dab jeli menyikapi kondisi yang datang bagaikan 'sim salabim' ini. Katakanlah para pedagang online. Dalam masa Pandemi mereka makin mahir dalam menawarkan barang dagangannya. Sarana transportasi online juga makin marak karena orang 'terlarang' untuk keluar rumah.
Dari dunia pendidikan tentu juga tidak ketinggalan. Berbagai kegiatan positif yang akan mengasah kompetensi dan kreativitas semakin dikembangkan. Seminar online menjamur. Berbagai komunitas seakan berlomba mengajak dan memberi motivasi dalam kondisi kita 'stay at home'.
Meskipun untuk para praktisi pendidikan, tinggal di rumah lebih identik dengan memindahkan ruang belajar sekolah ke rumah. Nampak dari luar para pejuang 'depan kelaas' tinggal di rumah saja. akan tetapi proses untuk mencerdaskan anak bangsa tidak pernah lepas.
Pesan - pesan penyemangat dalam belajar dan protokol kesehatan selalu menyertai dari awal hingga akhir pertemuan inline. Sungguh bukan hal main - main konsep Belajar Dari Rumah. Butuh kemauan dan kesadaran tingkat tinggi.
Para pekerja pendidikan "guru", selalu berbenah diri meski dari rumah saja. Ajakan kebaikan untuk mengikuti sejenis 'training atau pelatihan' dunia maya diterima dengan tangan terbuka. Salah satunya adalah mengikuti kelas menulis secara online via whatsapp. Luar biasa.
Para mentor hebat dan telag berpengalaman tidak segan menjadi penggagas kegiatan ini. Mereka ikhlas berbagi manfaat dalam kondisi yang sempat sesat sesaat. Uluran tangan kebaikan, tawaran jasa tak ternilai disuguhkan kepada siapa saja yang berminat.
Alhamdulillah, banyak di antara para sahabat yang sudah berhasil dalam kuliah singkat di masa Pandemi. Berhasil dalam mempersembahkan karya terutama tulisan dalam bentuk buku. Sesuatu yang tidak pernah terbayang menjelma nyata di depan mata.
Membaca dan menulis itulah awal dari sebuah perjuangan. Dilanjutkan dengan menerbitkan buku, baik buku 'solo' karangan sendiri maupun buku karya bersama. Barakallah.
Penulis juga demikian, turutambil bagian dalam barisan guru - guru penuh motivasi dengan bergabung dalam komunitas menulis seperti KGSN (Komunitas Sejuta Guru Ngeblog asuhan Wijaya Kusuma dan rekan rekan hebat)
Langkah indah ini terus berlanjut. Peluang untuk menulis semakin terbuka. Penerbit juga siap membantu untuk menerbitkan hasil tulisan menjadi sebuah 'mahkota' seorang penulis yakni BUKU.
Kini penulis sedang menempuh langkah baru dalam menulis dan menerbitkan buku secara gratis. Sebuah yayasan yang siap membantu para penulis untuk menerbitkan bukunya yang ber-ISBN secara cuma cuma. Yayasan itu bernama Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan atau YPTD.
Sejak awal tahun baru 2021 penulis berusaha untuk menulis artikel dan mengirimnya di website YPTD. Kiranya langkah baru di tahun baru akan menjadi langkah mantap menuju sebuah pengembangan diri dalam berkarya.
Banyak ilmu dimiliki, bila tidak dibagi akan beku sia - sia. Banyak cara berbagi manfaat, salah satunya adalah melalui tulisan. Biarlah umur kita mungkin tidak sampai seabad. Kiranya karya dalam bentuk tulisan akan berumur ratusan tahun dan akan menjadi bukti bahwa kita memang pernah ada .
Komentar
Posting Komentar