Langsung ke konten utama

Belajar Patidusa (1)

 Romantika Bahtera

Kurengkuh dayung sekuat tenaga
Menembus deru air
Menyapa angin
Perjalanan.

Teruskan
Langkah pasti
Menggapai asa menanti
Berlabuh pada pantai impian.

Namun begitu aku merasa
Perjalanan adalah rangkaian
Kekuatan hati
Tegar.

Tancapkan
Nawaitu kuat
Penyanggah hidup sejati
Menanti pengabulan pemilik hidup.
 
 
  Kota Palu, 2 - 1 - 21
  Wasalam
 
  Astuti Sipanawa

Komentar

  1. Balasan
    1. Iya pak... maknanya terlalu abstrak...jadi sulit mengungkapkan judul yang pas 🙏🙏🙏

      Hapus
  2. Baru mau tanya judulnya apa
    Ehhh dah keduluan Pak D.

    Heheheh
    Tulis juga penulis nya
    Dan tempat serta tanggal puisi Dibuat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap mas Indra memperbaiki. Terima kasih atas saran dan arahannya.

      Hapus
  3. Keren banget patidusanya,...mantul...
    Krisan sedikit, pada baris terakhir setiap bait di beri tanda titik di akhir kalimat.

    BalasHapus
  4. Pingin bljar nulis patidusa juga aq buk..kmrin bru sekali..hehe.
    Keren buk bgis kurang cri judul yg pas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk bu...aku juga buat karena lihat yang lain. Jadi ikut mencoba juga he he he

      Hapus
  5. Patidusa ya keren Bu...penyemangat di awal tahun nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak Patidusa. Baru menapak ...baru coba nih. Insha Allah tahun baru semangat baru

      Hapus
  6. Semakin banyak belajar dari Patidusa 💪
    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya asyik gitu bu...karena relatif singkat dan tidak terlalu mengikat. Terima kasih sobatku semua...sahabat Lage

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR PUISI DARIK

  Perkenankan saya membuat sebuah puisi 'Darik" atau Dasa Lirik. Tema pekan ini adalah TIGA KATA: Terima Sadari Perbaiki. SANG DIRI    Oleh: Astuti Sipanawa Sejatinya manusia tempatnya salah. Kelemahan selalu menjadi bagiannya. Kekurangan senantiasa jalan bersamanya. Setiap orang pasti memilikinya. Diri juga demikian. Tidak pernah sempurna Diri bukan segalanya. Tertunduk hati. Dalam sepi. Menyergap. Jadikan cermin penilai terbaik. Jangan menolak bila salah. Jangan pungkiri bila khilaf. Tanyakan hati paling dalam. Siapakah diri ini? Untuk apa aku? Jawablah pada hati. Lapangkan hati. Belajar membersihkan. Bening. Kota Palu, Kamis Pagi Sahabat lage Refleksi Diri 11 Februari 2021

BAHADUR DALAM DARIK.

  PENANTIAN Astuti Sipanawa  Lelah jiwa dalam genggaman. Berselimut sekuntum harapan baru. Kapankah masa itu tiba. Mendekap hati yang merana. Dalam jiwa tertanam. Semangat tak goyah. Mengukir senyum merekah Batasan masa. Tidak tentu. Menjemput. Mengapa. Harus bersedih. Menanti kekasih. Janji pasti terwujud. Harapan indah menanti. Sirnakan gundah gulana. Di ujung pelangi penantian. Akan datang bahadur sejati. Menabur kasih nan elok. Pada setiap hati menanti.    Kota Palu, Hujan Lebat 18 - 02  - 2021 Salam sehat selalu.

KILAS BALIK DI AKHIR TAHUN

Tak terasa kita sudah sampai di penghujung tahun 2020. Berbagai peristiwa sudah dilewati dalam kurun waktu dua belas bulan.  Hari demi hari, minggu ke minggu, dan bulan pun berganti bulan semua ditapaki tanpa terasa.Gegap gempita kesibukan hidup membuat kita merasa awal tahun 2020 seperti baru beberapa pekan yang lalu. Sungguh, kalimat ungkapan di atas adalah perumpamaan yang tidak bisa dibantah. Saya merasa bahwa setiap orang yang punya rutinitas keseharian pasti akan merasakan hal yang serupa. Satu hal yang sangat mendebarkan yang kita dapatkan di awal tahun ini dan bahkan masih berlangsung sampai sekarang adalah 'Masa Pandemi Covid 19". Kecemasan yang luar biasa memang nampak atau tidak pasti menyelimuti hati kita semua.  Betapa tidak kehadiran virus corona secara dadakan ternyata mampu merubah semua tatanan kehidupan yang biasanya kita lakukan. Kondisi interaksi dalam dunia nyata seketika harus berbelok menjadi interaksi dunia maya. Perubahan yang begitu masif dalam segala...