Hatiku adalah rajaku. Saya pernah dengar kalimat itu dan masih sering bertanya akan maknanya.
Berarti apa yang diinginkan oleh hati itulah yang dilakukan. Itu anggapan sementara secara pribadi. Beda kepala maka beda pendapat. Lain orang lain pula cara pandangnya.
Bagaimana kalau kita bisa memaknai kalimat di atas dengan mata hati yang lebih jernih. Mungkin pemahaman kita tentang hatiku adalah rajaku bergeser. Hati sejatinya ada yang memiliki. Hati ada yang membolak balikan, yakni sang pencipta nya. Kita merasa bahwa hati itu adalah kuasa penuh si diri. Akan tetapi hal itu tidak selalu berlaku secara mutlak dalam kehidupan ini, disadari atau tidak.
Itulah mengapa sering kita pun tidak mengerti kenapa irama hat kita dalam sehari akan berubah rubah. Pemikiran kita pada pagi hari, belum tentu persis sama dengan pemikiran kita di sore hari. Coba kita lihat pada diri masing-masing. Benarkah demikian?
Memelihara kesehatan hati memang sangat perlu. Memperhatikan kesehatan rohani tidak kalah pentingnya dengan memelihara kesehatan jasmani atau fisik yang kita gunakan beraktivitas sehari hari selama masih hidup.
Mensana in corpore Sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Demikian pula sebaliknya.
Irama hat memang sering naik turun dan bergerak dinamis. Sampai kita sebagai pemilik diri terkadang juga tidak mengerti.
Hati adalah milik Allah. Kita sebagai manusia hanya mampu menjaga kesehatan nya semaksimal mungkin. Hasil adalah kuasaNya. Rawatlah hati. Jagalah ia karena itu merupakan salah satu amanah besar. Dalam sebuah riwayat saya pernah membaca bahwa dalam tubuh manusia terdapat seonggok daging yang bila ia baik maka baiklah seluruh dirinya. Sebaliknya bila ia tidak sehat atau tidak baik, maka keburukan kah yang akan diperoleh sang diri.
Apa yang dituliskan ini bukan untuk menggurui, melainkan sebagai pengingat diri. Semoga bermanfaat 🙏🙏🙏
Komentar
Posting Komentar