MENULIS BUKU YANG DITERIMA PENERBIT
"Guru ibarat suluh yang tak peduli peluh untuk menyuluh"
Kita jadi tahu menulis dan membaca dari siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu dari siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita jadi pandai dibimbing bu guru
Guru bak pelita penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara
Tak terasa pertemuan grup belajar menulis gelombang 16 sudah berada di awal pekan kelima.
Yah, kurang lebih sebulan interaksi belajar secara online berlangsung.
Nyata bedanya belajar online dengan tatap muka. Di kelas Maya peserta harus mampu mengembangkan sendiri materi sesuai versi masing-masing.
Akh, pantas saja belajar mandiri itu bisa disebut 'siapa cepat dia dapat'. dan 'siapa rapuh dia jatuh'.
Dengan kata lain 'semangat' akan memacu untuk melaju raih sesuatu di gerbang satu. Maknai sendiri ya?
Pengiring
'Permisi, assalamualaikum' suara berasal dari pintu samping, sempat bikin aku kaget.
'Walaikumsallam, ya siapa?' Sahutku dari dalam sambil berjalan ke arah pintu.
'Masya Allah' . Aku berseru kaget melihat sosok yang berdiri di depan pintu. 'Mari silahkan masuk!' Kataku mempersilahkan beliau sambil mengarahkan ke kursi tamu yang ada.
Beliau adalah 'Hajjah Ramlah, salah seorang kakak sekaligus senior ketika di kampus beberapa puluh tahun yang lalu.
"Bagaimana kabar bu Hajjah, angin apa gerangan yang membawa kanda ke gubugku ini?" Tanyaku dengan riang.
"Begini dindaku, maksud kedatangan saya adalah untuk mengajak dinda berkolaborasi dalam menyusun sebuah buku tentang budaya daerah kita" Kata beliau memulai pembicaraan.
"Sebab saya dengar dinda ini lagi bergelut dengan dunia tulis menulis, benarkah?". Tanyanya
"Iya, memang sekarang saya lagi belajar dengan sebuah grup belajar menulis" Jawabku
"Baru belajar dan Insha Allah muaranya nanti akan menghasilkan sebuah buku karya sendiri atau buku solo."
"Wah, cocok kalau begitu, karena dinda sudah belajar ilmunya, sekarang saya ingin dengar langsung seperti apa dan bagaimana yang dinda sudah pelajari."
"Jangan buat kandamu ini penasaran. Karena tidak semua orang dapat kesempatan seperti itu" Jawabnya penuh semangat.
"Iya tenang, beres kanda cantik pasti ilmu itu akan kubagi. Sebentar ya?"
"Nah, begini kanda untuk praktisnya, saya akan 'share' melalui WhatsApp pribadi saja, karena materinya agak banyak". Jelasku.
"Biar kanda lebih bebas mencermati sendiri isinya" Tambahku
"Kalau begitu kanda pamit dulu, biar dinda siapkan materinya, setibanya di rumah baru saya baca" Sahut beliau.
"Siap bu Hajjah dengan senang hati berbagi" Jawabku sambil mengantar beliau ke depan pagar.
'Mari bu' anaknya pamit sambil menutup pintu mobil.(aku melambaikan tangan dengan senyum bahagia karena sudah kedatangan tamu yang tidak disangka)
Bu Hajjah Ramlah berlalu, aku langsung duduk di teras samping sambill melihat dan memilah kembali materi kulwa yang belum lama kuterima.
Berbagi itu indah
(memulai percakapan dalam W.A)
Pada pertemuan semalam narasumber yang dihadirkan dalam kuliah online bimbingan om Jay dan rekan adalah bapak Joko Mumpuni yang merupakan Direktur Penerbit Mayor 'Andi Offset'.
Sekilas tentang latar belakang pak Joko di awal jumpa hanya mengatakan bahwa beliau pertama kali belajar menulis ketika masuk kelas satu Sekolah Dasar.
Tentu saja yang mengajarkan adalah gurunya Pak Joko. Berarti kita semua sama, belajar membaca dari bapak dan ibu guru seperti lirik lagu di atas.
Jenis buku dibagi dalam dua penggolongan besar yakni buku teks dan non teks.
Yang termasuk buku teks adalah buku-buku pelajaran yang digunakan dari jenjang Sekolah .Dasar sampai Perguruan Tinggi.
Sedangkan buku non teks tidak selalu digunakan dalam pembelajaran.
Kelompok buku non teks ini juga memiliki penggolongan yakni buku fiksi (dongeng, novel, cerpen dll) dan non fiksi (pengetahuan umum, buku anak atau aktivitas anak)
Kemudian buku teks terbagi lagi menjadi Buku Pelajaran (Bupel) dan Buku Perti (Buku perguruan Tinggi)
Dalam hal keragaman buku, ternyata Buperti lah yang lebih banyak karena memang jumlaj jurusan atau fakultas di Perguruan Tinggi lebih banyak dibandingkan dengan jenjang sekolah dasar, menengah,dan kejuruan.
Setelah itu Buperti ini terbagi lagi menjadi jenis buku eksatat atau ilmu pasti dan non eksata .
Lalu kaitannya dengan seorang calon penulis seperti kita ini bagaimana?
Sebagai para calon penulis yang saat ini sedang belajar untuk merangkai kata menjadi kalimat dan menyusun kata menjadi sebuah paragrap.
Mungkin penjelasan di atas dapat dijadikan pilihan bagi kita untuk memilih jenis tulisan yang dikehendaki.
Yah kita boleh menulis buku apa saja yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki.
Dalam menggarap sebuah tulisan seorang calon penulis boleh menulis sendiri atau bersama orang lain. Bahkan kerja sama dengan lembaga atau perguruan tinggi sekalipun.
Satu buku ditulis oleh dua puluh orang bahkan lebih dari itu juga banyak. Yang penting dalam mengelolahnya ada seorang editorial inti yang menetapkan konten sebuah tulisan.
Salah satu manfaat dari 'menulis keroyokan' seperti ini adalah munculnya dorongan atau motivasi dalam menyelesaikan tulisan karena terjadi kompetisi yang sehat antar anggota penulis. Keren ya?
Contoh buku yang ditulis sendiri atau bersama
"Menarik sekali penjelasannya. Kalau begitu kapan kita mulai menyusun naskah tulisan? Seperti tidak sabar lagi kandamu ini." Ijar bu hajjah Ramlah dalam c'chat W.A'
"Siap kanda. Itu pasti! Insha Allah meridhoi. Bukankah dengan menulis kita sudah berbagi kepada orang lain?" Kataku membalas juga dalam kolom 'chat W.A".
Materi yang disampaikan oleh narsum sangat lengkap. Lanjut ya?
Penerbit Andi ternyata adalah sebuah perusahaan besar yang mempekerjakan ratusan karyawan setiap harinya.
Dengan demikian akan banyak jiwa yang kehidupannya tergantung dari roda kegiatan penerbit Andi.
Bila banyak penulis yang lolos naskah tulisannya ke penerbit ini, berarti akan banyak pula pekerjaan yang akan diselesaikan oleh para karyawannya.
Nampak saling ketergantungan antara kemampuan seorang penulis dalam menghasilkan karya yang sesuai dengan usaha penerbitan mayor ini.
Semoga calon penulis seperti kita ini bisa mengambil peran dalam menumbuhkan iklim kerja yang sama -sam diharapkan di penerbit Andi.
Kemudian pak Joko menambahkan sebuah gambar tentang alur penerbitan sebuah naskah tulisan yang sudah memenuhi syarat di Penerbit Andi.
Melihat skema penerbitan buku di penerbit Andi jelas bahwa sesungguhnya cara menerbitkan sebuah buku itu mudah. Intinya syarat dan ketentuan dipenuhi dengan lengkap.
Yang menarik dari penjelasan pak Joko adalah pihak penerbit tidak pernah memberikan penilaian awal atas sebuah naskah tulisan yang masuk
Semua proposal naskah tulisan dipelajari secara seksama oleh pihak editorial. Bila naskah kita layak dan memenuhi persyaratan tentu saja naskah tersebut dinyatakan diterima.
Bila naskah sudah diterima berarti segala hal yang berkaitan dengan biaya penerbitan buku otomatis menjadi tanggungan penerbit secara keseluruhan, termasuk pembayaran 'royalti'.
Adakah tips untuk memilih penerbit yang tepat?
Naskah tulisan yang telah selesai tentunya kita bagikan agar bermanfaat.
Langkah pertama yang akan dilakukan oleh seorang penulis tentu saja mencari penerbit sebagai wadah penerbitan buku.
Saran Pak Joko kiranya seorang penulis hendaknya memilih penerbit yang jelas visi dan misinya.
Misalnya penerbit 'Andi' memliki visi yang kuat di bidang pendidikan.
Yang berikut pilihlah penerbit yang jujur dan bisa dipercaya dalam melaksanakan perjanjian awal dengan penulis bila naskah tulisannya akan diterbitkan.
Tidak terasa pertemuan kuliah online bersama pak Joko Mumpuni hampir selesai.
Terdapat satu hal penting yang harus kita ketahui sehubungan dengan tema tulisan yakni kriteria diterima atau tidak sebuah naskah yang dikirimkan pada pihak penerbit Andi
Adapun point penilaiannya dapat dijelaskan memalui gambar berikut:
Selanjutnya terdapat beberapa pola yang menandai sebuah naskah bisa diterbitkan seperti gambar berikut ini
Melengkapi
Setelah mengakhiri percakapan dengan Bu Ramlah, saya kembali membuka ruang materi.
Barangkali saja ada informasi tambahan yang belum sempat dibaca.
Iya... memang benar, di akhir materi Narsum masih menambahkan dua buah gambar.
Sekilas seperti lukisan begitu. Kucermati kembali sambil membaca kalimat yang tertera.
"Ternyata bukan rindu yang berat, tapi menulis itu yang berat. Tapi aku kan terus mencoba" (Dilan)
Terus...ada yang lain lagi. Seperti ini " Bila kau bukan anak raja atau ulama besar , maka menulislah"(Imam Al-Ghazali)
Renungan
"Dua pesan tersebut kubaca kutelaah berulang. Benar'...tak ada yang salah. Yang salah adalah diri ini bila tidak menulis".
Salam Literasi
Menarik sekali intro nya bu
BalasHapusTerima kasih banyak atas kunjungan nya 🙏 mungkin kerapian ketikan yg belum dapat 🙏
BalasHapus