Di masa Pandemi yang berlangsung sejak awal tahun 2020 memang banyak yang panik, dalam arti yang luas tentunya. Kata panik bisa identik dengan kata bingung tak tahu harus berbuat apa. Itulah kondisi yang nampak di bulan - bulan awal pandemi di negeri kita tercinta. Kita sepertinya disodorkan pada sebuah kondisi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Mental tidak siap karena datangnya dadakan dan memang memaksa siapa saja...pun sektor pendidikan mau tidak mau siap belum siap harus menerima dan menjalani hidup baru yang serba dadakan. Namun, perlahan tapi pasti dunia pendidikan kita banyak yang tanggap dan mencoba menempuh alternatif Belajar Dari Rumah untuk semua jenjang pendidikan mulai dari level PAUD/TK hingga Perguruan Tinggi. Dalam situasi ini siapa yang diminta paling siap di garis terdepan sebagai tokoh harapan bagi anak didik? tentu saja harapan dari dua sisi. Sisi mengajar dan mendidik yang selalu ada pada diri seorang guru.
Peralihan kelas nyata ke kelas maya atau kelas online bukanlah sesuatu yang sudah sangat lumrah bagi seluruh guru dan juga peserta didik yang tersebar di selruh pelosok Nusantara. Pergeseran lokasi dan fasilitas belajar yang tadinya bersentuhan langsung ke model pembelajaran serba online atau digital pastinya punya riwayat tersendiri bagi para guru, khususnya yang tidak biasa atau bahkan tidak bisa bersalaman dengan tombol tombol digital di berbagai ragam aplikasi pembelajaran yang pergerakannya baru melesat dalam kurun waktu kurang lebih lima tahun terakhir khususnya di daerah daerah yang baru berkembang dalam hal aplikasi teknologi yang ada di Indonesia .
Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa memang para guru yang jebolan perguruan tinggi 10 hingga 15 tahun terakhir memang tidak bisa disangkal lagi sebagai generasi milenial yang digital. Generasi ini memang sudah terbiasa dengan penggunaan alat teknologi sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah dan perguruan tinggi. Mereka sangat mahir berselancar dalam dunia teknologi. Masalahnya sekarang bagaimana dengan para guru yang sudah dinas selama 15 hingga 20 tahun. Apakah kelompok ini mampu mengikuti lentiknya jemari para generasi milenial yang saat ini memang juga sudah banyak yang menjadi guru? wow...apa kata dunia?
Untuk memjawab pertanyaan di atas saya secara pribadi dipastikan akan menggeleng lemah....bukan pesimis, tapi itulah fakta di lapangan. Banyak guru yang mulai dinas di awal tahun sembilan puluan atau bahkan sebelum itu kewalahan dengan arus teknologi pembelajaran yang tidak bisa dibendung mengiringi era revolusi industri 4.0 di berbagai sektor kehidupan. Meski demikian masih banyak pula guru di periode ini yang terus bersemangat untuk mengejar dan terus melangkah menjejali aliran arus teknologi di era digitalisasi dewasa ini. Memang tidak ada pilihan lain bagi guru pada masa ini selain terus membekali diri memenuhi bakul kompetensi dan ketrampilan. Guru tidak bisa disangkal dalam kondisi apa pun harus tetap berdiri di garis terdepan, di depan kelas atau di depan layar digital. Amanah ganda yang terdapat di pundak, sebagai pengajar dan juga pendidik pemberi contoh atau suri tauladan bagi sekitarnya membuat guru harus tetap menjadi guru yang sesungguhnya di masa apa pun itu. Ing ngarso song tulodo Ing madya mangun karso Tut wuri Handayani itulah sejatinya guru sepanjang masa.
Guru yang manakah seharusnya? Guru sesungguhnya atau guru 'digital' sesungguhnya? Tetap sama, sama - sama guru yang mengemban amanah dalam dua sisi yang berbeda namun tak terpisah. Tugas guru bagaikan dua sisi mata uang koin. Sisi yang satu pasti melengkapi sisi yang lain "two in one".
Apa yang dipaparkan dalam tulisan yang sederhana ini hanyalah bersifat pendapat pribadi yang bersumber pada fakta yang ditemui dalam kehidupan atau lingkungan kerja sehari -hari. Untuk mencapai tingkat keakuratan data tentunya diperlukan sebuah riset yang lengkap dan berkesinambungan. Akhirnya secara pribadi saya memohon pada diri saya sendiri juga pada sahabat pembaca khususnya para guru " tetap semangat mengisi dan mengasah pedang kompetensi dan ketrampilan sebagai senjata andalan untuk anak bangsa".
Salam literasi dan sehat selalu.
mantul, ayo terus menulis untuk mengasah diri
BalasHapusTerima kasih banyak atas support nya om Jay👋
BalasHapusSuper Bu......bobotnya tak dibragukan..
BalasHapusIsinya super dan mantap.
BalasHapusSekedar saran, jarak antar paragfaf diatur agar nyaman bagi pembaca.